Salam mesra..
Kasih ibu membawa ke syurga. Kasih ayah sepanjang hayat. Cerita di bawah ini bisa mengundang airmata. Betapa murni hati dan kasih seorang ibu pada anaknya. Membacanya membuatkan saya menilai diri saya sebagai seorang anak dan sebagai seorang ibu. Moga ia mampu memuhasah diri kita.
Kisah yang dikongsi ini saya ambil (dengan kebenaran) dari blog En.Aris Jusoh. Selamat membaca, berfikir, menilai dan pilih untuk menjadi lebih baik..
Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita percaya bahwa
kebohongan akan membuat manusia terperuk dalam penderitaan yang mendalam,
tetapi kisah ini justeru sebaliknya. Dengan adanya kebohongan ini, makna
sesungguhnya dari kebohongan ini justeru dapat membuka mata kita dan terbebas
dari penderitaan, ibarat sebuah energi yang mampu mendorong mekarnya sekuntum
bunga yang paling indah di dunia.
PERTAMA - Cerita bermula ketika aku masih kecil, aku
terlahir sebagai seorang anak laki-laki di sebuah keluarga yang miskin. Bahkan
untuk makan saja, seringkali kekurangan. Ketika makan, ibu sering memberikan
bahagian nasinya untukku. Sambil memindahkan nasi ke mangkukku, ibu berkata : "Makanlah
nak, aku tidak lapar"
KEDUA - Ketika saya mulai tumbuh dewasa, ibu yang
gigih sering meluangkan waktu senggangnya untuk pergi memancing di kolam dekat
rumah, ibu berharap dari ikan hasil pancingan, ia dapat memberikan sedikit
makanan bergizi untuk pe rtumbuhan. Sepulang memancing, ibu memasak sup ikan
yang segar dan mengundang selera. Sewaktu aku memakan sup ikan itu, ibu duduk
disamping kami dan memakan sisa daging ikan yang masih menempel di tulang yang
merupakan bekas sisa tulang ikan yang aku makan. Aku melihat ibu seperti itu,
hati juga tersentuh, lalu menggunakan suduku dan memberikannya kepada ibuku.
Tetapi ibu dengan cepat menolaknya, ia berkata : "Makanlah nak, aku
tidak suka makan ikan"
KETIGA - Sekarang aku sudah masuk Sekolah
Menengah,demi membiayai sekolah abang dan kakakku, ibu pergi ke koperasi untuk
membawa sejumlah kotak mancis untuk ditempel, dan hasil tempelannya itu
membuahkan sedikit uang untuk menutupi kebutuhan hidup. Di kala musim dingin
tiba, aku bangun dari tempat tidurku, melihat ibu masih bertumpu pada lilin kecil
dan dengan gigihnya melanjutkan pekerjaannya menempel kotak mancis. Aku berkata
: "Ibu, tidurlah, sudah malam, besok pagi ibu masih harus kerja." Ibu
tersenyum dan berkata : "Cepatlah tidur nak, aku tidak penat"
KEEMPAT - Ketika ujian tiba, ibu meminta cuti kerja
supaya dapat menemaniku pergi ujian. Ketika hari sudah siang, terik matahari
mulai menyinari, ibu yang tegar dan gigih menunggu aku di bawah terik matahari
selama beberapa jam. Ketika bunyi loceng berbunyi, menandakan ujian sudah
selesai. Ibu dengan segera menyambutku dan menuangkan teh yang sudah disiapkan
dalam botol yang dingin untukku. Teh yang begitu kental tidak dapat
dibandingkan dengan kasih sayang yang jauh lebih kental. Melihat ibu yang
dibanjiri peluh, aku segera memberikan gelasku untuk ibu sambil menyuruhnya
minum. Ibu berkata : "Minumlah nak, aku tidak haus!"
KELIMA - Setelah kepergian ayah karena sakit, ibu yang
malang harus merangkap sebagai ayah dan ibu. Dengan berpegang pada pekerjaan
dia yang dulu, dia harus membiayai keperluan hidup sendiri. Kehidupan keluarga
kita pun semakin susah dan susah. Tiada hari tanpa penderitaan. Melihat kondisi
keluarga yang semakin parah, ada seorang pakcik yang baik hati yang tinggal di
dekat rumahku pun membantu ibuku baik masalah besar maupun masalah kecil.
Tetangga yang ada di sebelah rumah melihat kehidupan kita yang begitu sengsara,
seringkali menasehati ibuku untuk menikah lagi. Tetapi ibu yang memang keras
kepala tidak mengindahkan nasehat mereka, ibu berkata : "Saya tidak
butuh cinta"
KEENAM - Setelah aku, kakakku dan abangku semuanya
sudah tamat dari sekolah dan bekerja, ibu yang sudah tua sudah waktunya pencen.
Tetapi ibu tidak mahu, ia rela untuk pergi ke pasar setiap pagi untuk jualan
sedikit sayur untuk memenuhi keperluan hidupnya. Kakakku dan abangku yang
bekerja di luar kota sering mengirimkan sedikit wang untuk membantu memenuhi
keperluan ibu, tetapi ibu berkeras tidak mau menerima wang tersebut. Malahan
mengirim balik wang tersebut. Ibu berkata : "Saya ada duit"
KETUJUH - Setelah lulus dari ijazah, aku pun
melanjutkan pelajaran untuk buat master dan kemudian memperoleh gelar master di
sebuah universiti ternama di Amerika berkat sebuah biasiswa di sebuah syarikat
swasta.Akhirnya aku pun bekerja di syarikat itu. Dengan gaji yang lumayan
tinggi, aku bermaksud membawa ibuku untuk menikmati hidup di Amerika. Tetapi
ibu yang baik hati, bermaksud tidak mahu menyusahkan anaknya, ia berkata
kepadaku : "Aku tak biasa tinggal negara orang"
KELAPAN - Setelah memasuki usianya yang tua, ibu terkena
penyakit kanser usus,harus dirawat di hospital, aku yang berada jauh di
seberang samudera atlantik terus segera pulang untuk menjenguk ibunda tercinta.
Aku melihat ibu yang terbaring lemah di ranjangnya setelah menjalani
pembedahan. Ibu yang kelihatan sangat tua, menatap aku dengan penuh kerinduan.
Walaupun senyum yang tersebar di wajahnya terkesan agak kaku karena sakit yang
ditahannya. Terlihat dengan jelas betapa penyakit itu menjamahi tubuh ibuku
sehingga ibuku terlihat lemah dan kurus kering. Aku sambil menatap ibuku sambil
berlinang air mata. Hatiku perit, sakit sekali melihat ibuku dalam keadaan
seperti ini. Tetapi ibu dengan tegarnya berkata : "Jangan menangis
anakku, Aku tidak kesakitan"
Setelah mengucapkan kebohongannya yang kelapan, ibuku
tercinta menutup matanya untuk yang terakhir kalinya. Dari cerita di atas, saya
percaya teman-teman sekalian pasti merasa tersentuh dan ingin sekali
mengucapkan : "Terima kasih ibu..!" Cuba dipikir-pikir teman,
- Sudah berapa lamakah kita tidak menelefon ayah ibu kita?
- Sudah berapa lamakah kita tidak menghabiskan waktu kita untuk berbincang dengan ayah ibu kita?
Di tengah-tengah aktiviti kita yang padat ini,
kita selalu mempunyai beribu-ribu alasan untuk meninggalkan ayah ibu kita yang
kesepian.
Kita selalu lupa akan ayah dan ibu yang ada di rumah. Jika dibandingkan dengan
pasangan kita, kita pasti lebih peduli dengan pasangan kita. Buktinya,
- kita selalu risau akan kabar pasangan kita,
- risau apakah dia sudah makan atau belum,
- risau apakah dia bahagia bila di samping kita.
Namun,
- apakah kita semua pernah merisaukan kabar dari orangtua kita?
- Risau apakah orangtua kita sudah makan atau belum?
- Risau apakah orangtua kita sudah bahagia atau belum?
Apakah ini benar?
Kalau ya, cuba kita renungkan kembali lagi... Di waktu kita
masih mempunyai kesempatan untuk membalas budi orangtua kita, lakukanlah
yang terbaik. Jangan sampai ada kata "MENYESAL" di kemudian
hari.
.............................................................................
renung-renungkanlah .......
Dalam penghidupan, pelbagai pengisian akan datang dan memasuki diri kita, apa yang pasti, jadikanlah kebaikan sebagai teladan dan yang buruk sebagai sempadan, Sesungguhnya segala kebaikan adalah dari Allah dan segala kelemahan adalah atas kekurangan diri saya sendiri, maafkan saya, buka pintu hati, kita pasti akan memahami, terima kasih - xraypengisian
Dalam penghidupan, pelbagai pengisian akan datang dan memasuki diri kita, apa yang pasti, jadikanlah kebaikan sebagai teladan dan yang buruk sebagai sempadan, Sesungguhnya segala kebaikan adalah dari Allah dan segala kelemahan adalah atas kekurangan diri saya sendiri, maafkan saya, buka pintu hati, kita pasti akan memahami, terima kasih - xraypengisian