Kita datang ini hanya sebagai tetamu senja
Bila cukup detik kembalilah
Kita kepadanya
Kita datang ini kosong tangan dada
Bila pulang nanti bawa dosa bawa pahala
Pada tetamu yang datang dan
Kenal jalan pulang
Bawalah bakti mesra kepada
Tuhan kepada Insan
Pada tetamu yang datang
Dan lupa jalan pulang
Usahlah derhaka pula
Pada Tuhan kepada insan
Bila kita lihat manusia lupa tempat
Atau segera sesat puja darjat
Puja pangkat
Segera kita insaf kita ini punya kiblat
Segera kita ingat kita ini punya tekad
Bila kita lihat manusia terbiar larat
Hingga mesti merempat ke laut biru
Ke kuning darat
Harus kita lekas sedar penuh pada tugas
Harus kita tegas sembah
Seluruh rasa belas
Kita datang ini satu roh satu jasad
Bila pulang nanti bawa bakti padat berkat
Kita datang ini satu roh satu jasad
Bila pulang nanti bawa bakti padat berkat
Bila cukup detik kembalilah
Kita kepadanya
Kita datang ini kosong tangan dada
Bila pulang nanti bawa dosa bawa pahala
Pada tetamu yang datang dan
Kenal jalan pulang
Bawalah bakti mesra kepada
Tuhan kepada Insan
Pada tetamu yang datang
Dan lupa jalan pulang
Usahlah derhaka pula
Pada Tuhan kepada insan
Bila kita lihat manusia lupa tempat
Atau segera sesat puja darjat
Puja pangkat
Segera kita insaf kita ini punya kiblat
Segera kita ingat kita ini punya tekad
Bila kita lihat manusia terbiar larat
Hingga mesti merempat ke laut biru
Ke kuning darat
Harus kita lekas sedar penuh pada tugas
Harus kita tegas sembah
Seluruh rasa belas
Kita datang ini satu roh satu jasad
Bila pulang nanti bawa bakti padat berkat
Kita datang ini satu roh satu jasad
Bila pulang nanti bawa bakti padat berkat
~ A. Samad Said
Salam mesra buat semua...
Saya suka pada puisi tulisan A. Samad Said ini. Mengingatkan kita pada sebuah perjalanan yang pasti akan berakhir jua - pulang mengadap Sang Pencipta Yang Esa..Kematian satu perkara yang pasti. Cuma detik waktunya yang tidak pasti bila..namun mengingatinya digalakkan, supaya setiap laku kita di dunia sentiasa berpaksikan iman dan taqwa padaNya..
Ibnu Umar r.a pernah berkata, “Aku pernah mengadap
Rasulullah s.a.w sebagai orang ke sepuluh yang datang, lalu salah
seorang dari kaum Anshor berdiri seraya berkata, “Wahai Nabi Allah,
siapakah manusia yang paling cerdik dan paling tegas?” Beliau menjawab,
“(Adalah) Mereka yang paling banyak mengingat kematian dan paling bersedia menghadapinya. Mereka itulah manusia-manusia cerdas; mereka pergi
(mati) dengan harga diri dunia dan kemuliaan akhirat.” (HR.
Ath-Thabrani, disahihkan al-Munziri)
Di antara faedah mengingat kematian adalah:
- Mendorong diri untuk bersiap-siap menghadapi kematian sebelum datangnya.
- Memendekkan angan-angan untuk lama tinggal di dunia yang fana ini, kerana panjang angan-angan merupakan sebab paling besar lahirnya kelalaian.
- Menjauhkan diri dari cinta dunia dan redha dengan yang sedikit.
- Menguatkan keinginan pada akhirat dan mengajak untuk berbuat ta’at.
- Meringankan seorang hamba dalam menghadapi ujian dunia.
- Mencegah kerakusan dan ketamakan terhadap nikmat duniawi.
- Mendorong untuk bertaubat dan muhasabah kesalahan masa lalu.
- Melembutkan hati, membuat mata menangis, memberi semangat untuk mendalami agama dan menghapuskan keinginan hawa nafsu.
- Mengajak bersikap rendah hati (tawadhu’), tidak sombong, dan berlaku zalim.
- Mendorong sikap toleransi, mema’afkan teman dan menerima kesalahan dan kelemahan orang lain.